Periode anak awal
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada periode sering kali kita melihat kasus atau
penyimpangan perilaku anak periode awal yang memasuki tahap perkembangan
kepribadian yang cenderung kearah negatif. Pada era modern banyak orang tua
yang tidak tahu-menahu mengenai periode anak awal ini sesuai dengan kaidah
perkembangan yang benar dan tepat. Banyak kasus, salah asuhan orang tua
terhadap anak. Penting orang tua untuk membaca dan memahami pola asuh pada
periode anak awal ini karena letak keberhasilan kepribadian anak juga
dipengaruhi oleh peran orang tua.
Awal perkembangan anak merupakan periode yang kritis
bagi perkembangan. Menurut Milton, periode
kanak-kanak meramalkan periode DEWASA, sebagaimana pagi hari meramalkan hari
baru.
Bidang spesifik
perilaku anak adalah:
BICARA, EMOSI,
MINAT BERMAIN, dan KEGIATAN.
Macam-macam
istilah yang diberikan pada periode anak awal ini dalam berbagai pandangan,yaitu
:
v ORANGTUA
o Problem age atau troublesome age.
o Orangtua dihadapkan pada problem tingkah laku (keras
kepala, tidak menurut, negativistis, tempertantrums, mimpi buruk, iri hati,
ketakutan yang irasional).
o Tidak menarik (not appealing).
v PENDIDIK/GURU
o Usia prasekolah (preschool age).
v PSIKOLOG
o Usia pra-geng (pre-gang age).
o Periode eksplorasi.
v Usia bertanya (questioning age).
Anak sudah mulai dapat melakukan
interaksi dengan orang yang berada di sekitarnya. Anak yang sangat senang
bermain dan ingin mengetahui segala sesuatu. Periode anak juga merupakan periode
kreatif dan mudah meniru.
Atas dasar inilah periode anak
dianggap sebagai pembentukan karakter, pada periode ini anak cenderung melihat
bagaimana orang disekitarnya bertindak dan meniru tindakannya. Pada masa ini
orang tua diharuskan untuk bijaksana. Periode ini juga merupakan usia
menjelajah, anak ingin mengetahui apa yang ada disekitarnya dan bagaimana
mekanismenya serta anak berusaha agar
menjadi bagian dari lingkungannya.
1.2
Tujuan penulisan
1.
Menambah khazanah ilmu pengetahuan
mengenai periode anak awal.
2.
Menginformasikan dan mendiskripsiakn periode anak awal.
3.
Mengetahui definisi, karakteristik,
tugas perkembangan,kebutuhan,masalah serta abnormalitas pada periode anak awal.
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Periode Anak Awal
Periode
anak awal yaitu suatu proses perkambangan yang memperbolehkan anak untuk
berinteraksi dengan orang lain. Periode anak awal dimulai usia dua tahun sampai
usia enam tahun.
2.2 Batas Usia dan Karateristik Periode Anak Awal
a. Batas Usia Periode Anak Awal
Periode anak awal ada di urutan usia 2 – 6 tahun. Periode anak awal
dimulai sebagai penutup masa bayi –usia dimana ketergantungan secara praktis
sudah dilewati ,diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar
usia masuk sekolah dasar.
b.
Karakteristik Periode Anak Awal
Menurut
Milton, periode kanak-kanak meramalkan periode DEWASA, sebagaimana pagi hari
meramalkan hari baru.
Bidang
spesifik perilaku anak adalah:
BICARA,
EMOSI, MINAT BERMAIN, dan KEGIATAN.
Macam-macam
istilah yang diberikan pada periode anak awal ini dalam berbagai
pandangan,yaitu :
ORANGTUA
Ø
Problem age atau troublesome age.
Ø
Orangtua dihadapkan pada problem tingkah
laku (keras kepala, tidak menurut, negativistis, tempertantrums, mimpi buruk,
iri hati, ketakutan yang irasional).
Ø
Tidak menarik (not appealing).
PENDIDIK/GURU
Ø
Usia prasekolah (preschool age).
PSIKOLOG
Ø
Usia pra-geng (pre-gang age).
Periode eksplorasi.
Ø
Usia bertanya (questioning age).
Pada periode ini anak pertumbuhan
fisik cenderung lebih lambat dibandikan saat periode bayi. Organ – organ
jasmaniyahnya nampak serasi dan proporsional dan gerakan – gerakannya terarah
dan lincah.
Karateristik Periode Anak Awal :
a. Usia
Yang Mengandung Masalah Atau Usia Sulit
Masa ini
ditandai dgn seringkali bandel, keras kepala, tidak menurut (negativistis),
melawan, marah tanpa alasan, malam hari terganggu mimpi buruk, siang hari ada
rasa takut yg tidak rasional, dan merasa cemburu.
b. Usia
Bermain
Sebgaian besar
waktunya dihabiskan untuk bermain dgn mainannya.
c. Usia
Prasekolah
Di lingkungan
manapun (rumah, tempat penitipan, dll) menekankan pada masa persiapan pada
pendidikan formal.
d. Usia
Belajar Berkelompok
e. Usia
Menjelajah Dan Bertanya
Masa dimana anak-anak
awal ingin mengetahui keadaan lingkungannya dgn cara bertanya.
f. Usia
Meniru Dan Usia Kreatif
Meniru
pembicaraan dan tindakan orang lain serta menunjukkan kreativitas dalam
bermain.
g. Long
Term Memory (Ingatan Jangka Panjang) Cukup Kuat
Pertumbuhan fisik atau tubuh manusia
merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
ü Tinggi bertambah rata-rata 3 inci
tiap tahun.
ü Berat bertambah antara 3-5 pon tiap
tahun .
ü Perkembangan bagian tubuh :
- Dagu tampak lebih jelas
- Leher memanjang
- Dada lebih bidang dan datar
- Bahu lebih luas dan persegi
- Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus
ü Postur tubuh atau bentuk tubuh anak
mulai jelas ,apakah anak berpostur :
o
Endomorfik
yaitu gemuk dan lembek
o
Mesomorfik
yaitu kuat dan berotot
o
Ektomorfik
yaitu kurus
ü Tulang dan Otot menjadi lebih
besar,lebih kuat dan lebih berat.
ü Gigi ,pada
usia antara 26-28 bulan,4 gigi geraham anak akan muncul dan sebelum menginjak
usia 5,5 tahun seluruh telah tumbuh dan kemudian mulai tanggal dan digantikan
gigi yang tetap.
Pada periode
kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan
bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun. Pada usia 6 tahun berat harus kurang
lebih mencapai tujuh kali berat pada waktu lahir.
Perkembangan Keterampilan
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. keterampilan atau
gerakan kasar, seperti berjalan, berlari melompat, naik dan turun tangga
b. keterampilan atau
gerakan halus atau memanipulasi, seperti menulis, menggambar, memotong,
melempar dan menangkap bola, serta memainkan benda atau alat-alat mainan.
Dalam rangka mengembangkan
potensi anak maka guru harus memberikan bimbingan agar memiliki kesadaran akan
kemampuan sensorinya, dan sikap yang positif terhadap dirinya.
Kognitif artinya kemampuan
berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembangan kognitif berarti
perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan
kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk
berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif anak pada usia ini adalah
kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang waktu, dan
pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih baik. Pada tingkat ini
anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan menirukan perilaku orang
dewasa.
Selama periode anak awal ini
anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini
disebabkan 2 hal yaitu ,
a)
Bicara
merupakan sarana pokok untuk sosialisasi dengan teman-temannya sehingga ia akan
lebih adakan berkomunikasi dengan teman-teman sebaya, kontak sosial, dan lebih
mudah diterima sebagai anggota kelompok.
b)
Belajar
bicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak yang tidak mampu
mengemukakan keinginannya atau yang tidak berusaha untuk bisa dimengerti oleh
orang lain cenderung diperlakukan sebagai bayi sehingga tidak bisa mencapai
kemandirian. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak-anak harus menguasai
dua hal:
pertama,
meningkatkan kemampuan untuk memahami apa yang dikatakan orang lain, dan
kedua,
kemampuan untuk meningkatkan kemampuan bicara sehingga bisa dimengerti orang
lain.
Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui
interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig
serta Shite dan Wittig (Fitri, 2008) menjelaskan cara mengembangkan agar anak
dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
1) Lakukan interaksi sesering
mungkin dan bervariasi dengan anak.
2) Tunjukkan minat terhadap apa yang
dilakukan dan dikatakan anak.
3) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan
mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
4) Berikan kesempatan dan dorongan untuk melakukan
berbagai kegiatan secara mandiri.
5) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan
ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
6) Tentukan batas-batas tingkah laku yang
diperbolehkan oleh lingkungannya.
7) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
8) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan
dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Perkembangan psikososial
yang terjadi pada periode ini meliputi beberapa hal yaitu :
a. Perkembangan
emosi
Selama awal periode
kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena
anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia mudah terbawa
ledakan-ledakan, emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini
tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya
hal ini berlaku pada hampir seluruh periode anak awal
Biasanya para orang tua
hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal saja, padahal sang anak merasa
ia mampu melakukan lebih banyak lagi, sehingga pada akhrinya anak pun akan
menolak larangan orang tua dan anak cenderung akan memberontak. Anak pun akan
meledak amarahnya jika ia tidak bisa melakukan sesuatu yang dianggap dapat
dilakukan dengan mudah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi anak pada fase ini ialah:
1) Kecerdasan
2) Perbedaan
seks
3) Besarnya
keluarga
4) Lingkungan
sosial
Emosi
yang umum pada periode awal kanak-kanak antara lain :
1) Amarah
2) Takut
3) Cemburu
4) Ingin
tahu
5) Iri
hati
6) Gembira
7) Sedih
8) Kasih
sayang
Dari berbagai macam emosi
pada periode awal anak-anak seperti yang telah disebutkan diatas, diketahui
bahwa anak mulai menunjukkan berbagai macam emosi dan reaksi terhadap apa yang
dialaminya, dan emosi ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama
lingkungan rumah. Anak akan mengekspresikan apa yang dirasakannya baik itu rasa
senang, amarah, takut dan lain-lain melalui emosi, biasanya anak-anak pada periode
awal perkembangan masih belum bisa mengontrol emosi mereka dengan baik.
b. Perkembangan
sosial
Dasar untuk sosialisasi
pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan
teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya bermain dengan
anak-anak lain tetapi juga lebih banyak bicara. Jika anak menyenangi
hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap
terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang
sering tetapi sifat hubungannya kurang baik
Pada pernyataan diatas
dijelaskan bahwa perkembangan sosialisasi pada awal periode anak-anak awal
ditandai dengan meningkatnya intensitas hubungan dengan teman-teman sebayanya,
dan perkembangan ini meningkat dari tahun ke tahun.
Pada fase ini juga
anak-anak tidak hanya senang bermain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Hubungan atau kontak sosial lebih baik dari pada hubungan sosial yang kurang
baik.
c. Perkembangan
permainan
Permainan adalah salah satu
bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal periode anak-anak. Sebab
anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah bermain dengan
teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Permainan bagi
anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan
semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu
yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini, karena bagi anak-anak proses
melakukan sesuatu lebih menarik dari pada hasil yang akan didapatkannya
(Schwartzman, 1978).
Jadi, permainan lebih
mendominasi kehidupan anak-anak di periode ini, karena anak-anak banyak
menghabiskan waktunya untuk bermain yang mana bermain adalah hal yang sangat
menyenangkan dan menarik bagi anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang
sangat penting bagi perkembangan di awal periode anak-anak.
d. Perkembangan
moral
Perkembangan moral adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya terdapat
potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Perkembangan moral pada awal periode
kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan karena
perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat
mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah.
Awal periode anak-anak ditandai dengan apa yang oleh Piaget disebut “moralitas
melalui paksaan” Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara otomatis
mengikuti peraturan-peraturan tanpa berpikir atau menilai.
Jadi pada awal periode anak-anak perkembangan moral tidak begitu pesat
berkembang, hal ini disebabkan oleh pemikiran intelektual anak-anak belum bisa
mencapai pemahaman menganai prinsip-prinsip benar dan salah, pada periode ini
anak-anak belum bisa membedakan hal-hal yang benar untuk dilakukan dan hal-hal
yang tidak boleh dilakukan. Pada periode ini anak-anak hanya mengikuti
peraturan yang telah ada
2.3 Tugas Perkembangan Periode Anak Awal
Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurs (Shavie, 2009) adalah sebagian tugas yang
muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan
keberhasilan yang dapat memberikan kebahagian serta memberi jalan bagi
tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal,
yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma
pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya.
Adapun
tugas-tugas perkembangan periode kanak-kanak awal adalah sebagai berikut:
- Belajar memakan makananan padat. Sampai akhir periode bayi, anak sudah belajar memakan makanan padat dan keras serta telah mencapai tingkat stabilitas fisiologis yang cukup baik.
- Belajar berjalan. Pada saat periode bayi berakhir, semua bayi normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda.
- Belajar berbicara. Meskipun sebagian besar bayi telah menambah kosa kata dan telah mampu mengucapkan kata-kata, memahami arti kata dan perintah sederhana, mampu menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk mengerti apa yang mereka katakan masih dalam taraf rendah. Masih banyak yang belum mereka kuasai selum masuk sekolah
- Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh. Tugas pokok dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam satu atau dua tahun lagi.
- Mempelajari perbedaan dan peran yang sesuai dengan jenis kelamin. Pada tahap ini anak belajar mengenai perbedaan jenis kelamin dan peran yang sesuai dengan jenis kelamin.
- Mempersiapkan diri untuk membaca. Di akhir periode kanak-kanak awal anak harus sudah memasuki pendidikan formal dan mulai memasuki usia sekolah. Anak harus memiliki kesiapan untuk mengikuti aktivitas rutin di sekolah termasuk mengikuti pelajaran di sekolah seperti membaca.
- Mulai membedakan benar dan salah, mulai belajar mengembangkan hati nurani. Pengetauan tentang benar dan salah masih terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas dengan pengertian benar dan salah dalam hubungannya dengan orang lain di luar rumah terutama dengan tetangga, sekolah dan teman bermain. Yang terpenting anak harus meletakkan dasar-dasar untuk mengembangkan hati nurani sebagai bimbingan untuk perilaku benar dan salah.
- Belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kaka, adik, dan orang lain. Anak harus belajar memberi dan menerima kasih sayang, ia harus mulai berorientasi keluar daripada dirinya sendiri.
- Memperoleh stabilitas fisiologis : Keseimbangan tubuh dalam menyesuaikan diri pada lingkungan.
- Membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik :Membentuk rancangan atau gambaran kenyataan sosial dan fisik.
2.4 Kebutuhan Periode Anak Awal
1. Kebutuhan pokok
Kebutuhan dasar anak seperti makan,minum,dorongan
seks(penegasan kelamin).
1.
Kebutuhan tambahan
Pada periode
anak awal ini dibutuhkan seperti pemberian
pakaian, bermain,kasih sayang, pengetahuan agama, peningkatan
kreativitas, pengenalan anggota dan lingkungan sekitar.
2.5 Masalah Periode Anak Awal
Bahaya pada periode awal anak-anak
ini dapat bersifat fisik, psikologis, atau keduanya. Gizi yang kurang baik
dapat menghalangi pertumbuhan fisik dan mental seperti halnya pertengkaran
keluarga dapat mengabaikan tekanan yang juga dapat menghambat pertumbuhan.
Bahaya psikologis pada awal periode kanak-kanak lebih merusak penyesuaian
pribadi serta penyesuaian sosial anak.
Bahaya Fisik
Bahaya fisik awal periode kanak-kanak menimbulkan reaksi
psikologis maupun fisik, terutama penyakit, kecelakaan dan kejanggalan.
1. Bahaya Kematian
Kematian mulai menurun pesat dalam
bagian akhir periode bayi dan semakin pesat lagi selama awal periode
kanak-kanak. Kematian dalam awal periode kanak-kanak lebih sering disebabkan
karena kecelakaan daripada karena penyakit dan karena anak laki-laki lebih
banyak mengalami kecelakaan daripada anak perempuan, maka kematian anak
laki-laki lebih sering daripada anak perempuan.
2. Penyakit
Anak-anak sangat mudah terkena semua
jenis penyakit, tetapi yang paling umum adalah penyakit pernafasan. Sebagian
besar penyakit disebabkan karena sebab-sebab fisiologis, tetapi ada juga yang
penyebabnya psikosomatis dan akibat dari ketegangan keluarga.
Karena adanya “obat-obatan ajaib”
dan banyaknya imunisasi yang dapat diperoleh saat ini, penyakit anak tidak
berlangsung lama dan tidak sehebat dulu dan tidak banyak mengakibatkan cacat
fisik yang menetap. Namun, penyakit secara psikologis dapat merusak karena dua
hal,
a) Anak yang sakitnya lama akan tertinggal dalam mempelajari
pelajaran keterampilan yang diperlukan untuk bermain dengan
teman-temannya.setelah sembuh dan dapat kembali mengikuti kelompok
bermain ia akan merasa canggung.
b) Kalau orang tua menganggap penyakit sebagai bencana keluarga
dan menyalahkan anak anak karena menimbulkan kerepotan dan menambah biaya, maka
keadaan ini membuat anak tegang dan gelisah. Ini tidak hanya akan semakin
memperlama penyakit tetapi juga dapat merusak hubungan orang tua dengan anak.
3. Kecelakaan
Kebanyakan anak mengalami luka iris,
memar, radang, terbakar, patah tulang,otot kaku atau gangguan ringan lain
sebagai akibat kecelakaan. Anak lain mengalami kecelakaan yang lebih parah
sehingga untuk beberapa saat atau untuk selamanya menderita ketidakmampuan.
Anak laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan daripada anak perempuan dan
kecelakaan itu cenderung parah.
Meskipun kebanyakan kecelakaan dalam
awal periode kanak-kanak tidak fatal, tetapi banyak yang meninggalkan cacat
fisik atau psikologis selamanya. Banyak ketidakmampuan periode kanak-kanak,
misalnya disebabkan kecelakaan. Ketidakmampuan dapat misalnya, disebabkan
kecelakaan. Ketidakmampuan dapat menyebabkan anak mempunyai perasaan rendah
diri atau menyerah yang akan selamanya mengganggu pola kepribadiannya.
Sekalipun kecelakaan tidak meninggalkan cacat fisik yang menetap, tetapi dapat
membuat anak merasa takut dan malu sedemikian rupa sehingga perasaan ini
menghantui penyesuaian hidupnya.
4. Tidak Menarik
Dengan berjalannya awal periode kanak-kanak, anak-anak
semakin tidak menarik sampai ia memasuki periode akhir kanak-kanak. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal.
a) Dengan berubahnya bentuk tubuh,
anak-anak mulai terlihat kurus dan janggal/kikuk;
b) Rambutnya menjadi lebih kasar
dan sulit diatur sehingga penampilan anak-anak menjadi kurang rapih;
c) Terdapat celah-celah di mulut di
mana gigi tetap yang bertumbuh menggantikan gigi-gigi bayi yang tinggal
tampaknya terlampau besar; dan
d) Anak-anak lebih memperhatikan waktu-waktu yang menyenangkan
daripada memperhatikan kerapihan dan kebersihan.
Dengan
demikian anak-anak sering kali tampak kotor dan tidak terawat.
Terlepas dari usia individu, orang bereaksi positif terhadap
anak yang tidak menarik dan beraksi negatif terhadap anak yang tidak menarik.
Penampilan anak yang kurang menarik dan berperilaku yang berubah semakin tidak
menarik bagi orang tua dan orang-orang dewasa lain dibandingkan ketika ia masih
bayi. Oleh anak-anak, hal ini ditafsirkan sebagai penolakan dan tidak disukai,
sekalipun dalam kelompok teman-teman sebaya, dalam penampilan menarik merupakan
keuntungan sosial terutama bagi anak perempuan. Bagi anak laki-laki dapat
merupakan kerugian sosial terutama menjelang periode usia berkelompok pada
akhir periode kanak-kanak.
5. Kejanggalan
Kekakuan yang aneh mungkin disebabkan
kerusakan otak pada waktu lahir, keterbelakangan mental atau fisik lain. Tetapi
yang lebih sering terjadi adalah bahwa anak terhambat oleh sikap orang tua yang
sangat melindungi, ketakutan yang disebabkan kecelakaan atau
peringatan-peringatan untuk berhati-hati, hambatan lingkungan atau kurangnya
kesempatan untuk berlatih. Akibatnya, perkembangan motorik terlambat dan
anak-anak menampilkan kesan “kaku” dibandingkan dengan teman-teman seusianya
sehingga dia tidak diikutsertakan dalam bermain. Ia akan menganggap bahwa
teman-temannya lebih baik, suatu perasaan yang akan berkembang menjadi perasaan
rendah diri atau minder.
6. Kegemukan
Secara medis, anak-anak yang berat tubuhnya 20 persen atau
lebih di atas berat anak-anak normal yang seusianya, di anggap sebagai “gemuk”.
Anak dengan bentuk tubuh endomorfik sebagai kelompok cenderung mengalami
kegemukan dibandingkan dengan anak yang bentuk tubuhnya mesomorfik atau
ektomorfik.
Kegemukan dipandang bahaya di tingkat usia manapun juga.
Pertama, kegemukan membahayakan kesehatan. Dibandingkan dengan orang pada usia
berapa pun, anak yang gemuk cenderung mengembangkan diabetes dan mengalami
penyakit tekanan darah dan jantung daripada anak yang berat tubuhnya kurang
lebih dari normal. Kedua, kegemukan membahayakan penampilan tubuh yang menarik.
Kalau anak yang gemuk dianggap “manis” anak yang montok, yang terlalu gemuk
tidak hanya di anggap tidak “manis” tetapi parah lagi. Ia akan di cemooh
oleh teman-temannya dan disebut “gendut”. Di samping itu, kegemukan merupakan
bahaya dalam awal periode kanak-kanak karena ini adalah saat terbentuknya
kebiasaan makan. Kalai anak-anak didorong untuk makan berlebihan, dipuji, dan
diberi hadiah karena “piring bersih” diperbolehkan makan banyak karbohidrat dan
apa yang di kenal sebagai “makanan sampah” yaitu makanan yang tidak
mengenyangkan tapi tidak bergizi, kemungkinan yang terjadi adalah bahwa
kebiasaan ini akan menetap dan mengakibatkan penyakit kegemukan yang akan
mengganggu sepanjang hidup.
7. Tangan-kidal
Tangan kidal dianggap berbahaya
selama tahun-tahun awal periode kanak-kanak. Kalau anak yang bertangan kidal
mempelajari keterampilan dari orang-orang yang tidak kidal, ia barang kali
menjadi bingung bagaimana harus meniru model bertangan kanan. Kebingungan ini
semakin parah dengan bertambah besarnya anak dan dengan semakin pentingnya
peranan keterampilan dalam kehidupannya.
Tangan kidal dapat mempengaruhi
keberhasilan pendidikan anak dan kemudian keberhasilan dalam pekerjaan atau
penyesuaian sosial. Misalnya, para remaja yang sadar diri mungkin menghindari
situasi-situasi sosial di mana makan dengan tangan kiri akan membuatnya malu
dan merasa menarik perhatian.
Banyak orang tua yang percaya bahwa
tangan kidal merupakan bahaya, berusaha memaksa anak-anak mereka yang bertangan
kidal menggunakan tangan kanan. Hal ini dapat juga berbahaya karena pemaksaan
ini semakin menekankan perbedaan antara mereka yang sering ditafsirkan sebagai
rendah diri terutama kalau orang tua menggunakan hukuman untuk memaksa anaknya
menggunakan tangan kanan. Ames dan llg
telah memperingatkan untuk tidak terlampau menekan anak dalam mengubah tangan
kidal menjadi menggunakan tangan kanan. Menurut kedua ahli tersebut:
“Jikalau dalam menentukan sesuatu
yang begitu kompleks, sehingga, dari semua kemungkinannya jelaslah bahwa hasil
yang baik akan diperoleh jikalau orang tua tidak turut mencampuri ungkapan
alamiah tangan kidal anak ketimbang anak lain yang bertangan kanan,
barangkali, untuk memperoleh sesuatu yang paling dekat dengan tangan kananya.”
Bahaya
Psikologis
Semua bidang perkembangan perilaku anak dikaitkan dengan
potensi bahaya yang dapat membawa akibat buruk pada penyesuaian pribadi dan
sosial. Berikut ini akan dibahas sejumlah bahaya yang paling umum terjadi.
1.
Bahaya dalam Berbicara
Bicara
merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi kehidupan sosial
maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain akan mengalami
hambatan sosial dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak mampu dan
rendah diri.
Ada
empat bahaya umum sehubungan dengan periodelah kemampuan anak-anak
berkomunikasi, yaitu:
a) Orang lain tidak mengharapkan
anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan apabila orang lain memakai
kata-kata yang tidak di mengerti oleh anak-anak, kalau orang lain menggunakan
ucapan yang tidak dikenal anak-anak atau kalau orang lain berbicara terlalu
cepat. Ketidakberhasilan anak-anak mendengarkan lebih banyak menyebabkan
kegagalan untuk mengerti. Karena sebagian besar anak-anak bersikap egosentris
dan lebih berminat kepada apa yang ingin dikatakan kepada orang lain daripada
apa yang dikatakan orang lain kepada mereka, sering kali mereka tidak
mendengarkan dengan penuh pengertian sehingga tidak dapat mengerti apa yang
dikatakan. Akibatnya, pembicaraan mereka tidak berhubungan dengan apa yang
dikatakan orang lain dan hal ini membahayakan hubungan sosial mereka.
b) Kalau mutu pembicaraan anak-anak
begitu buruk sehingga sulit dimengerti, kemampuan orang lain lebih terancam
bahaya daripada kalau ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya. Dalam
awal periode kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk dapat di sebabkan salah
ucap atau kesalahan tata bahasa, sering kali disebabkan peniruan contoh yang
buruk sampai pada cacat-cacat bicara seperti gagap, pelat, menelan kata-kata,
atau berbahasa dua.
c) Berbahasa dua merupakan hambatan
yang serius dalam perkembangan sosial anak-anak. Anak-anak yang berbicara dalam
bahasa asing di rumah dan hanya mengerti beberapa kata dalam bahasa Indonesia tidak
mungkin dapat berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya dalam bermain, ia juga
tidak dapat mengerti apa yang dikatakan teman-temannya.
d) Banyak
yang mengabaikan pembicaraan yang buruk karena menganggap bahwa anak-anak akan
belajar berbicara dengan lebih baik dengan bertambahnya usia. Tetapi,
orang cenderung kurang dapat menerima kalau komentar-komentar terhadap orang
lain bersifat kritis dan merendakan. Karena anak memperoleh kepuasan egois
sementara dengan menyakiti orang lain maka ia cenderung terbiasa berbicara
dalam acara yang tidak sosial. Pada saatnya hal ini akan merusak penyesuaian.
2.
Bahaya Emosional
Bahaya yang besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial
berupa ketidakmampuan untuk melakukan empathic complex suatu ikatan emosional
antara individu dan orang-orang yang berarti. Hal ini di sebabkan oleh dua hal.
a.
Anak
yang ketika bayi tidak pernah mengalami perilaku akrab
Sedikitnya kesempatan untuk memperoleh hubungan yang hangat
dan stabil dengan ibu atau pengganti ibu, tidak dapat menyadari kegembiraan
yang dapat di peroleh dari hubungan akrab ini. Dengan demikian ia tidak
berusaha untuk mengadakan hubungan yang hangat dan ramah dengan orang lain,
baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang-orang lain cenderung terikat
pada diri sendiri, dan ini menghambat dia untuk mengadakan hubungan emosional
dengan orang-orang lain.
b.
Anak
yang tidak berhasil terikat secara emosional dengan mainan atau benda-benda
mati ainnya
Seperti selimut, sering kali mereka tidak aman dalam
menghadapi situasi baru. Seperti ditunjukkan oleh Passman, “Benda-benda
kesayangan, baik benda mati maupun benda hidup, dapat bertindak sebagai penurun
kegelisahan” hal ini berlaku pada anak yang beru menyelesaikan tahap bayi dan
mempunyai pengalaman yang batas diuar rumah. Kalau anak prasekolah ditemani
oleh benda-benda kesayangan, misalnya mainan kegemaran atau selimut maka
kegelisahan di dalam situasi baru akan berkurang dan mempermudah penyesuaian
diri di situasi baru.
3.
Bahaya sosial
Sejumlah bahaya terhadap berkembangnya penyesuaian sosial
yang baik pada awal periode kanak-kanak di antaranya ada 5 yang sering terjadi
dan sangat serius.
Pertama, kalau pembicaraan atau perilaku
anak, menyebabkan dia tidak populer di antara teman-teman sebaya, dia tidak
hanya merasakan kesepian tetapi yang lebih penting lagi dia kurang mempunyai
kesempatan untuk belajar berperilaku sesuai dengan harapan teman sebaya.
Kedua, anak yang secara keras dipaksa
untuk bermain sesuai dengan seksnya akan bertindak secara berlebihan dan ini
akan menjengkelkan teman-teman sebaya.
Ketiga, akibat perlakuan teman-teman
sebayanya anak mungkin mengembangkan sikap sosial yang tidak sehat. Anak
menghindari kontak dengan orang-orang di rumah saja. Dengan melakukan hal ini
anak tidak saja kekurangan pengalaman-pengalaman sosial yang baik tetapi juga
kekurangan kesempatan untuk belajar berprilaku secara sosial.
Keempat, penggunaan teman khayalan dan
binatang peliharaan untuk mengurangi kekurangannya teman. Mempunyai teman
khayalan hanyalah penyelesaian sementara saja terhadap periodelah anak kesepian,
tetapi dengan demikian sosialisasi anak sangat sedikit. Meskipun dalam beberapa
hal binatang peliharaan dapat memenuhi kebutuhan sosial anak, tetapi
pengaruhnya kurang terhadap sosialisasi yang harus di alami anak. Hewan
peliharaan yang di anggap untuk anak biasanya sangat jinak sehingga dapat
menerima setiap bentuk perlakuan anak tanpa proses. Ini mendorong anak bersikap
agresif dalam hubungannya dengan hewan kesayangan itu. Seperti telah ditekankan
terdahulu, agar anak dapat diterima sebagai anggota kelompok bermain, reaksi
agresif harus diubah menjadi reaksi yang ramah dan penuh kasih sayang.
Kelima, dorongan orang tua untuk lebih
banyak menggunakan waktu dengan anak-anak lain dan tidak terlalu banyak
menghabiskan waktu sendiri. Kalau anak menjadi terbiasa mempunyai teman pada
setiap saat ia hendak bermain, sebagaimana yang sering terjadi bila anak-anak
ditempatkan dalam pusat perawatan anak atau anak yang menghabiskan banyak waktu
dalam taman indria atau TK, maka anak tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk
menghibur diri sendiri pada saat ia sendiri, sehingga ia merasa kesepian daun
merasa ditinggalkan.
4.
Bahaya Bermain
Kalau anak kurang mempunyai teman bermain, baik disebabkan
karena lingkungannya terpencil atau karena tidak diterima oleh teman-teman
bermain, ia terpaksa bermain sendiri. Pada awal periode anak-anak terutama
berkembang melalui bermain dengan teman-teman, maka anak yang mempunyai sedikit
teman bermain akan kekurangan kesempatan untuk belajar bersikap sosial.
Yang
juga serius adalah kenyataan bahwa karena sebagian besar anak lebih gemar
menonton televisi daripada bermain sendiri, maka anak yang kurang mempunyai
teman bermain terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar televisi. Banyak
orang tua yang menganggap melihat televisi tidak buruk bagi anak karena anak
tidak mengerti apa yang dilihat. Mereka tidak menyadari bahwa anak tidak
sekritis orang dewasa, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh apa yang dilihat
daripada orang dewasa. Suatu acara mungkin tidak dimengerti tetapi anak sering
mendapatkan kesan yang keliru atau konsep yang salah mengenai apa yang
ditonton, sehingga cara yang tidak menimbulkan rasa takut, sehingga memperkuat
akibat buruk yang ditimbul.
Mainan
juga dapat menimbulkan bahaya pada awal periode kanak-kanak. Mainan yang tidak
memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas seperti seperangkat
boneka atau kumpulan serdadu, akan melemahkan dorongan kreativitas anak.
Kreativitas anak dapat juga diperlemah bila orang tua atau guru-guru taman
indria terlalu banyak mengawasi dan mengarahkan penggunaan mainan. Anak yang
diberikan terlalu banyak mainan yang mendorong permainan agresif seperti
pistol-pistolan atau serdadu-serdadu cenderung akan mengembangkan pola perilaku
agresif yang akan di bawa ke dalam situasi kehidupan.
5. Bahaya dalam Perkembangan Konsep
Tiga
bahaya umum dalam perkembangan konsep selama periode awal periode kanak-kanak
yaitu:
a. Ketidaktepatan pengertian.
Keterbatasan kosa kata sehingga
menyulitkan anak untuk mengerti dengan tepat maksud yang dikatakan orang lain
kepadanya dan karena terbatasnya kesempatan untuk mempelajari arti yang benar
dari sumber-sumber otoriter seperti buku-buku atau orang-orang dewasa dengan
informasi yang benar, dapatlah dimengerti kalau konsep-konsep yang dipelajari
anak tidak tepat atau benar-benar salah. Terlebih kalau anak mempelajari
arti-arti dari teman-teman atau orang-orang dewasa yang pengetahuannya terbatas
bahkan mungkin benar-benar salah.
Ketidaktepatan konsep yang dipelajari selama awal periode
kanak-kanak sangat berbahaya karena kesalahan konsep-konsep yang sering kali
berurat berakar sebelum diketahui oleh orang-orang dewasa.
b. Konsep di bawah tingkat perkembangan teman-teman sebaya.
Konsep ini terjadi maka dapat sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Misalnya, kalau
anak mempunyai kesempatan yang terbatas untuk berhubungan dengan
orang-orang di luar rumah, ia tidak mengembangkan dengan orang-orang di
luar rumah, ia tidak mengembangkan konsep sosial yang dapat memungkinkan untuk
mengerti orang lain dengan baik. Akibatnya, anak sering mengatakan kata-kata
yang rasanya kasar dan kurang bijaksana serta perilakunya cenderung
mengganggu dan bertentangan dengan orang lain.
c. Bobot Emosi
Konsep dapat menyajikan bahaya yang
ketiga dan yang lebih parah. Misalnya, kalau anak membentuk konsep hari Natal
di sekitar Santa Claus dengan bobot emosi yang menyenangkan, mereka tidak mau
mengubah konsep hari Natal ketika diketahui bahwa Santa Claus tidak ada. Lebih
gawat lagi, anak akan merasa tertipu oleh mereka yang menceritakan tentang
Santa Claus, dan akan merasa bahwa hari Natal kurang berarti baginya sekarang.
6.
Bahaya Moral
Ada 4 bahaya umum dalam perkembangan moral selama periode
awal periode kanak-kanak yaitu disiplin yang tidak konsisten memperlambat
proses untuk belajar menyesuaikan diri dengan harapan sosial; jika anak tidak
mendapat teguran dari perbuatan yang melanggar maka hal ini akan mendorong anak
untuk terus mempertahankan perilaku yang salah; terlampau banyak penekanan pada
hukuman pada perilaku yang salah dan terlampau sedikit penekanan pada sikap
yang kurang baik kepada orang-orang yang berkuasa, anak lebih sering dihukum
daripada diberi hadiah akan menjadi pemberontak dan ingin menentang orang yang
menghukumnya; anak yang terkena disiplin otoriter tidak dapat mengembangkan
pengendalian internal terhadap perilaku yang membentuk dasar bagi perkembangan
lebih lanjut hati nurani.
7.
Bahaya dalam Penggolongan Peran Seks
Ada 3 bahaya yang umum dan serius dalam penggolongan peran
seks selama awal periode kanak-kanak. Pertama, kalau anak tidak belajar
stereotip peran seks yang umumnya diterima oleh teman-temannya, baik yang
tradisional maupun yang sederajat, anak akan memandang perilaku secara berbeda
dengan pandangan teman-temannya. Kedua, kalau anak perempuan dilatih untuk
menyesuaikan dengan stereotip tradisional bagi kelompok perempuan, maka secara
tidak langsung ia belajar bahwa kelompok wanita secara fisik dan psikologis
dipandang lebih rendah daripada kelompok pria. Ketiga, kegagalan dalam
penggolongan peran seks dapat merupakan hambatan sosial bagi anak laki-laki
maupun perempuan.
8.
Bahaya dalam Hubungan Keluarga
Anak perempuan yang merasa bahwa orang tua lebih menyukai
anak laki-laki di dalam keluarga, akan membenci orang tua dan saudara
laki-lakinya. Bagi anak laki-laki ancaman terbesar pada hubungan orang tua anak
pada awal periode kanak-kanak adalah kurangnya identifikasi ayah dan kurangnya
kehangatan emosional antara ayah dan anak yang mendorong terus berlangsungnya
identifikasi anak dengan ibu dan berkembangnya minat dan pola perilaku yang
dapat dianggap”banci” oleh teman-teman sebaya. Ancaman lain terhadap hubungan
orang tua anak yang baik adalah ibu yang bekerja dan orang tua tiri. Kalau ibu
yang bekerja di luar rumah, perawatan anak harus diserahkan kepada sanak
keluarga atau pengasuh bayaran atau anak harus dititipkan ke pusat perawatan anak.
Hubungan orang tua anak dipengaruhi oleh orang tua tiri sebagian besar
bergantung pada bagaimana perasaan anak mengenai orang tua tiri itu. Bahaya
keluarga yang sering terlupakan adalah pertengkaran antar saudara, yang
dapat disebabkan karena iri hati atau perbedaan minat. Hubungan keluarga yang
paling serius tetapi jarang terjadi adalah penganiayaan anak.
9.
Bahaya Kepribadian
Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan
konsep diri yang paling baik yang dapat disebabkan perlakuan anggota keluarga
dan teman-teman, sebab adanya harapan-harapan yang tidak realistis sehingga
anak merasa gagal karena tidak dapat mencapai tujuan yang diletakkan oleh orang
tua atau disebabkan egosentrisme yang kuat. Apapun sebabnya, konsep diri yang
kurang baik mudah berkembang pada awal periode kanak-kanak. Sekali berkembang
konsep tersebut sulit diatasi. Bahaya konsep diri yang kurang baik adalah juga
karena konsep tersebut cenderung menetap. Aspek pola kepribadian tertentu
berubah selama awal periode kanak-kanak sebagai akibat dari pematangan,
pengalaman, da lingkungan sosial serta lingkungan budaya dalam kehidupan anak.
Perubahan biasanya bersifat kuantitatif, misalnya sifat yang kurang disenangi
cenderung semakin buruk dan bukannya menghilang dan diganti oleh sifat yang
baru.
1.6
Abnormalitas Periode Anak Awal
1.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
DEFINISI
ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan
aktivitas motorik pada anak-anak dan seringkali berlanjut sampai dewasa. Ada
tida aspek utama dalam ADHD, yaitu kesulitan
untuk memusatkan perhatian dan kebiasaan
hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) serta kebiasaan impulsif (kesulitan untuk menunda
respon/ dorongan untuk melakukan/mengatakan sesuatu yang tidak sabar). Anak-anak
dengan penyakit ADHD ini mengalami kepercayaan diri yang rendah, masalah dalam
berinteraksi dengan orang lain dan rendahnya kemampuan di sekolah.
GEJALA UTAMA
Tanda dan gejala kesulitan untuk
memusatkan perhatian, meliputi:
· Sering gagal
dalam memberikan perhatian pada hal-hal yang detil ataupun ketidakpedulian jika
berbuat kesalahan dalam berbagai aktivitas.
· Sering
memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian pada pekerjaan atau ketika
bermain.
· Tidak
mendengarkan ketika berbicara secara langsung.
· Susah
mengikuti petunjuk yang diberikan dan sering gagal dalam menyelesaikan tugas
sekolah ataupun tugas-tugas lainnya.
· Sering gagal
dalam hal pengaturan tugas maupun aktifitas lainnya.
· Menghindari
atau tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan upaya mental secara terus
menerus seperti halnya tugas sekolah maupun pekerjaan rumah.
· Sering
kehilangan sesuatu yang sedang dikerjakan, seperti buku, pensil, mainan,
ataupun peralatan lainnya.
· Mudah
bingung.
· Sering lupa.
Tanda dan gejala hiperaktif
(perilaku yang tidak bisa diam) dan kebiasaan impulsif (kesulitan untuk menunda
respon/dorongan untuk melakukan/ mengatakan sesuatu yang tidak sabar),
meliputi:
·
Sering gelisah.
·
Sering meninggalkan kursi di kelas atau pada situasi
lain yang mengharapkan ia untuk duduk.
·
Sering berlari atau memanjat, bertingkah secara
berlebihan, atau jika ia remaja akan merasa gelisah secara berkelanjutan.
·
Sulit untuk bermain dengan tenang.
·
Selalu merasa harus pergi.
·
Berbicara secara berlebihan.
·
Menjawab secara berlebihan sebelum pertanyaan yang
diberikan selesai dikatakan.
·
Sulit untuk menunggu giliran.
·
Sering mengganggu orang lain dalam pembicaraan atau
permainan.
Kebiasaan ADHD pada anak perempuan dan anak laki-laki
memiliki perbedaan, yaitu:
·
Anak laki-laki lebih terlihat hiperaktif, sedangkan
pada anak perempuan sering memperlihatkan kealpaan.
·
Pada anak perempuan yang kesulitan dalam memberikan
perhatian sering tenggelam dalam imajinasi, tetapi pada anak laki-laki
bertingkah tanpa tujuan atau selalu bermain.
·
Anak laki-laki cenderung kurang mau mengalah terhadap
guru atau orang dewasa lainnya, sehingga kebiasaan itu sering menjadikannya
terlihat menonjol.
2.
Cacat Mental
Cacat mental sama artinya dengan retardasi mental,
lemah mental, keterbelakangan mental, mental defektif, mental handicapped,
defisiensi mental atau intellectually deficit.
Ada beberapa pertanda yang dapat
digunakan untuk mengenali anak cacat mental (S. M. Lumbantobing, 2001).
1. Sejak lahir perkembangan mentalnya terbelakang disemua
aspek perkembangan. Kecuali perkembangan motorik misalnya: mereka dapat
berdiri, merangkak, dan berjalan.
2. Terbelakang dalam perkembangan bicara.
3. Kurang memberi perhatian terhadap sekitarnya,
misalnya: tidak bereaksi terhadap bunyi atau suara yang terdengar.
4. Kurang dapat berkonsentrasi. Perhatian terhadap mainan
hanya berlangsung singkat atau bila diberi mainan tidak mengacuhkannya.
5. Kesiagaannya kurang, misalnya jika mainannya jatuh
dihadapannya ia tidak berusaha mengambilnya.
6. Kurang memberi respon terhadap lingkungan jika
dibanding dengan anak normal.
3.
Kesulitan
Berbicara
Anak
dikatakan mengalami kesulitan belajar jika secara umum berbicara anak tidak
sesuai dengan kemampuan anak seusianya serta mengandung berbagai kesulitan
dalam artikulasi, penyuaraan, dan kelancaran berbicara.
Ciri-ciri anak mengalami kesulitan
berbicara adalah jika anak:
Tidak jelas mengucapkan kata.
Mengalami kelainan nada, kenyaringan suara, dan
kualitas anak.
Tidak lancar dalam mengucapkan kata-kata.
4.
Temper Tantrum
Anak temper tantrum adalah anak yang marah secara
berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak berusia 4 tahun. Kebiasaan
mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui bahwa dengan cara ini
keingiannya akan dipenuhi.
Secara
umum ada beberapa ciri untuk mengenali :
Ø Anak tampak merengut dan
mudah marah.
Ø Perhatian, pelukan, atau
pendekatan khusus lainnya tampak tidak memperbaiki suasana hatinya.
Ø Dia mencoba melakukan
sesuatu diluar kebiasaannya atau meminta sesuatu yang dia yakini tidak akan
diperolehnya.
Ø Dia meningkatkan tuntutannya
dengan cara merengek dan tidak mau menerima jawaban “tidak”.
Ø Dia melanjutkn dengan
menangis, menjerit, menendang, memukul, atau menahan nafas.
5.
Agresif
Agresif
adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan
ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan.
Gejala-gejala anak agresif adalah
sebagai berikut:
v Sering mendorong, memukul, atau berkelahi
v Menyerang dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya
untuk mengganggu permainan yang dilakukan untuk mengganggu teman-teman.
v Menyerang dalam bentuk verbal seperti ; mencaci,
mengejek, mengolok-olok, berbicara kotor dengan teman.
v Tingkah laku mengganggu ini muncul, umumnya karena ingin
menunjukkan kekuatan di kelompok.
v Tingkah laku menganggu ini pada dasarnya melanggar
aturan atau norma yang berlaku disekolah seperti ; berkelahi, merusak
alatpermainan milik teman, mengganggu anak lain
6.
Gangguan
Eliminisi
Gangguan
Eliminisi adalah gangguan
pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat mengontrol buang air kecil
( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai usia normal untuk mampu
melakukannya.
7.
ODD
(Oppositional Defiant Disorder)
Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti
berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan
menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam gangguan
ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam
gangguan perilaku.
8.
Enurasis
Enurasis adalah
mengompol di atas usia 3 tahun,bisa di siang hari tetapi umumnya di malam hari.
Biasanya gangguan mengompol ini terjadi antara dua sampai lima kali dalam
seminggu.
Penyebabnya dapat karena proses
belajar yang salah,kekurangmatangan kepribadian,atau hubungan yang tidak
harmonis dalam keluarga sehingga menimbulkan kecemasan dalam diri penderita.
9.
Enkopresi
Enkopresis
adalah tidak mampu mengendalikan hajat
buang air besar pada subjek berusia 4 sampai 12 tahun. Kasus ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Gangguan ini akan
meningkat apabila penderita mengalami stress.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan dan pendiskripisian serta pembahasan
mengenai periode anak awal diatas maka kami menyimpulkan ,bahwa :
Periode anak awal
dimulai usia dua tahun sampai dengan enam tahun. Dengan kharakteristik yaitu
Perkembangan
fisik yang terjadi pada periode awal anak-anak adalah dengan
berkembangnya fisik dan sistem syaraf pusat yang meliputi : tinggi, berat
badan, perbandingan tubuh ,postur
tubuh, tulang dan otot gigi
Perkembangan
Kognitif artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak.
Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan
berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai
mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif
anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis.
Perkembangan psikososial
ü Perkembangan
emosi
ü Perkembangan
sosial
ü Perkembangan
permainan
ü Perkembangan
moral
Tugas perkembangan periode kanak –kanak awal
ü Belajar memakan makananan padat.
ü Belajar berjalan.
ü Belajar berbicara.
ü Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
ü Mempelajari perbedaan dan peran yang sesuai dengan jenis kelamin.
ü Mempersiapkan diri untuk membaca.
ü Mulai membedakan benar dan salah, mulai belajar mengembangkan hati
nurani.
ü Belajar
menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kaka, adik, dan orang
lain.
ü Memperoleh
stabilitas fisiologis
ü Membentuk
konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik
Kebutuhan pada periode
anak awal terdiri kebutuhan pokok yaitu kebutuhan dasar anak seperti
makan,minum,dorongan seks(penegasan kelamin). Kebutuhan tambahan,pada periode
anak awal ini dibutuhkan seperti pemberian
pakaian, bermain,kasih sayang, pengetahuan agama, peningkatan
kreativitas, pengenalan anggota dan lingkungan sekitar.
Masalah pada
periode anak awal meliputi kegemukan,penyakit,bahaya fisik,psikologis,kegemukan,kejanggalan,kecelakaan,moral,emosi,penggolongan
seks,hubungan dengan keluarga yang tentunya bisa dicermati dan diantisipasi
serta adanya kehati-hatian supaya meminimalisir masalah pada periode ini.
Abnormalitas pada periode anak awal contoh Enkopresis, Enurasis, ODD (Oppositional
Defiant Disorder),
Gangguan Eliminisi, Agresif, Temper
Tantrum, Kesulitan Berbicara, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder),cacat mental .
Sehingga periode anak awal peran orang tua beserta
lingkungan sekitar harus mendukung perkembangan serta memperhatikan perkembangan
anak supaya tidak terjadi abnormal/ penyimpangan.
B. Saran
Sebaiknya didalam pengasuhan anak
peran orang tua harus memperhatikan kondisi anak kita baik
dari segi fisik, segi kognitif maupun segi psikososial .
Hendaknya orang tua mampu memberikan pengaruh –
pengaruh yang baik kepada anak sehingga ia dapat melakukan perkembangan dengan
baik dalam membentuk kepribadiannya.
DAFTAR PUSTAKA
v Desmita.2010.Psikologi
Perkembangan.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.
v F.J Monks dkk. 1996. Psikologi Perkembangan Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
v Hurlock,
Elizabeth B.2015.Psikologi Perkembangan.Jakarta.Erlangga.
v Lusi
Nuryanti. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks
v Santrok
John . 2011. Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika
v Sumantri,
Mulyadi. 2003. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
v Supratiknya,A.1995.Mengenal Perilaku Abnormal.Yogyakarta:Kanisius
v
Yusuf , Syamsu L.N. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
v
Wiramihardja,Sutradjo A.2010.Pengantar Psikologi Abnormal.Bandung:PT
Refika Aditama
Komentar
Posting Komentar